LUWU TIMUR, - Dalam buku panduan Teknis Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan yang dikeluarkan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR dikatakan, Risiko kecelakaan berat atau fatal di suatu bagian jalan tiga kali lebih tinggi saat ada pekerjaan jalan.
Untuk itu, perlu diperhatikan keselamatan dalam pekerjaan jalan tersebut, salah satunya dengan memasang rambu-rambu peringatan.
Namun, dalam praktiknya, Proyek Perbaikan badan jalan Trans Sulawesi (Tarengge-Batas Sulteng red) di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) dikabarkan rawan kecelakaan, karena minimnya rambu peringatan.
Sejumlah pengendara khususnya sepeda motor merasa resah. Karena perbaikan jalan trans itu tidak semuanya dipasang rambu-rambu sebagai peringatan. Selain itu bekas galian dan pembongkaran untuk proses penambalan (patching) dibiarkan lama menganga, tidak ditutup segera dengan aspal.
Akibatnya, petakan bekas pemotongan dan pembongkaran aspal, kemudian sebagian berlubang dan bergelombang sehingga rawan menimbulkan kecelakaan khususnya pengendara sepeda motor.
Akibatnya, terutama pada malam hari para pengendara sepeda motor yang melintas karena tidak mengetahui adanya bekas galian sehingga kerap mengalami oleng bahkan jatuh tersungkur. Hal ini menjadi kerasahan bagi para pengendara khususnya sepeda motor.
Pantauan jurnalis indonesiasatu.co.id, Kamis (25/02/2021) pekerjaan perbaikan jalan trans Sulawesi di Luwu Timur tersebut terlihat para pekerja sedang melakukan pembongkaran aspal yang rusak mulai dari Desa Tarengge hingga Desa Kasintuwu Kecamatan Mangkutana dan sekitarnya.
Beberapa titik terlihat lubang bekas galian dengan ukuran bervariasi. Ini dibuat sebagai salah satu tahapan pengerjaan perbaikan tambal sulam.
Namun, pengendara merasa komplain atas pengerjaannya yang kurang ramah terhadap pengguna jalan. Di antaranya sebagian tidak ada rambu-rambu, jalan berlobang menjadi perangkap kecelakaan.
"Pemeliharaan jalan Nasional provinsi yang sudah makan korban tetapi tak ada perhatian dari kontraktor atau dinas terkait, bahkan ban mobil saya bocor gara-gara terperangkap dalam lubang, " keluh Utta Sidik.
Selain itu, Astan Yusuf salah satu pengguna jalan juga mengeluhkan yang sama.
“Kalau yang sering melintas lokasi ini, tentu dia sudah tahu ada bekas galian untuk penambalan jalan. Namun bagi yang tidak tahu apalagi malam dan hujan kan tidak nampak, kalau siang hari bisalah kita lihat, " kata Astan Yusuf, salah seorang warga yang melintas di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana.
Lebih lanjut katanya, sudah ada 13 pengendara pernah terjebak lubang itu dan sempat hilang kontrol. Namun tidak ada korban jiwa, hanya luka lecet, ” ujarnya.
Sementara itu, Malik salah seorang anggota Satuan Kerja (Satker red) BBJN saat dikonfirmasi melalui telepon selular, pihaknya akan meneruskan keluhan pengendara tersebut ke kontraktornya.
"Iya pak, nanti saya sampaikan ke kontraktornya, " katanya singkat.
Diketahui proyek perbaikan jalan nasional tersebut juga tanpa papan nama. Sehingga tidak diketahui kapan proyek ini dimulai dan berakhir serta berapa besaran anggarannya.(JIS)